Jumat, 17 Oktober 2008

Puisi:Ingin Kugeser Langit





Di pinggir the river of cikapundung
di pinggir pekatnya pembuluh air kota bandung
Kuatap langit yang memantulkan gema azan
langit yang menyimpan seribu titik hujan
seribu alasan bagi titik-titik itu
untuk menghujami bumi

Tak lah kakiku menyambut azan
namun mataku tak bisa kutarik dari awan
ingin
Kuulurkan tangan kurusku
berusaha menggapai kumolonimbus
seperti keripik singkong, akan kugeser awan itu satu demi satu
setelah tak ada lagi awan yang halangi
kan ku geser warna oranye langit senja
singkirkan butiran bintang itu
lalu ku geser kegelapan bima sakti
lalu kugeser langit ke satu
lalu kugeser langit ke dua
lalu kugeser langit ke tiga
lalu kugeser langit ke empat
lalu kugeser langit ke lima
lalu kugeser langit ke enam
lalu kugeser langit ke tujuh

hingga kulihat wajah itu di Arasy
wajah-Nya
wajah Tuhanku
Ingin ku terisak di depan-nya
buktikan betapa sedang merananya aku dengan memasang muka nangis yang memprihatinkan dan mengoyak rasa iba

Namun ada tangan kurus yang menarik tangan kurusku
Dia hanya berkata
"Tak perlu kau geser semua itu,,Dia sudah melihat semuanya."
Syahdan aku pun menangis..
dengan tangan kurus yang tetap terulur

11 Oktober 2008, di bawah rel kereta api

Tidak ada komentar: