Minggu, 05 Oktober 2008

Manusia Tak mampu tangkap perlambatan

Saat perjalanan mudik dari Bandung Ke Cirebon,,Kami hampir mengalami sebuah kecelakaan..Sebuah Mini Sedan Merah mengerem mendadak karena tak melihat KIjang di depannya ternyata mengurangi kecepatannya. Akibatnya mobil kami dan dua mobil di belakang kami hampir saling menabrak satu sama lain. Bunyi decit rem mobil terdengar amat keras..Sungguh menegangkan. mengalami sendiri suatu kecelakaan sungguh berebda dibandingkan membaca suatu tragedi di koran(ya iyalah)
disinyalir penyebabnya adalah karena Lampu Rem Kijang tak menyala sebagaimana mestinya. Hanya sebelah yang nyala. Tentu saja si mini sedan akan kaget. Mungkin memang itu tujuan dari desain lampu rem. Karena mata manusia tak mampu mendeteksi suatu perlambatan. Perlu rem sebagai sinyal awal yang seakan berteriak,"Woi ati-ati mobil ini mau berhenti,,kamu harus ngerem juga."
mata manusia tak mampu mendeteksi perlambatan,penurunan kecepatan,penurunan..Saya pun berpikir sepertinya indra manusia tak mampu mendeteksi penurunan dirinya atau penurunan lain di sekitar kehidupannya. Misal kita tak sadar bahwa kita ternyata mengalami penurunan tingkat belajar sehingga baru terkaget-kaget saat melihat raport atau transkrip nilai yang jeblok abis mutunya.
Misal juga kita tak sadar cinta pasangan kita berkurang(yang kadang-kadang merupakan efek turunnya cinta kita) dan baru kaget bukan main saat terjadi perselingkuhan..dan berkata,"aku gak nyangka kamu mampu berbuat seperti ini.."
Indra kita kurang peka terhadap turun dan naiknya level sesuatu..oleh karena itu kita butuh yang namanya meteran..Atau penghitung yang tugasnya mengkuantifikasi suatu kualitas..Atau dalam bahasa lain mengubah suatu hal menjadi angka-angka..termometer,kalorimeter,dsb..
saya pun mengandai-andai,mungkin tak hanya besaran fisik yang perlu dikuantifikasi..Besaran psikologis juga perlu..Seperti cinta,keimanan,atau hal-hal semacam itu..

Dan saya kaget ternyata penghitungan semacam itu sudah ada selama ini..Contohnya, mungkin kita sulit mendeteksi kadar iman kita. Atau kadar bermasalah tidaknya diri kita. Seorang mentor biasanya punya cara tertentu untuk mendeteksi sedang bermasalah tidaknya adik mentor. cukup mendengarkan bacaan Qur'an si adik dan menghitung ada berapa kesalahanbacaan yang dilakukan..Dan bila mencapai batas tertentu maka bisa disimpulkan bahwa si adik sedang stress karena masalah tertentu..

Mungkin kita perlu juga mendeteksi sesuatu dengan metode ini. Kita mendeteksi tingkat belajar kita misalnya..Kita buat suatu tes harian dan menghitung nilainya tiap hari. BIla ada penurunan nilai,kita bisa sadar dan memeperbaiki bil ada sesuatu yang salah. Tidak perlu sampai kaget ketika dapat nilai UTS atau UAS. Perbaikan bisa langsung dilakukan karena kita cepat sadar bahwa ada kerusakan..

Mendeteksi iman kita. Targetkan ambang batas bacaan Qur'an yang kita lakukan. BIla ternyata kita hanya mampu membaca qur'an dengan jumlah halaman di bawah ambang batas, maka kita harus sadar bahwa ada yang salah dnegan iman kita. Tindak lanjut bisa segera dilaksanakan. Memeperbanyak doa misalnya..Atau ikut kajian Islam..

Mari kuantifikasi..

Tidak ada komentar: