Senin, 23 Februari 2009

Cinta yang Lebih Dewasa

tentang sebuah kisah:
dari buku "agar bidadari cemburu padamu"

“Ia mengingatkan saya pada lelaki mulia bani umayah, Umar Bin Abdul Aziz. Rahimahullah. Ia mengingatkan saya pada penggal episode hidup Umar yag dikisahkan ustad Anis Matta dalam serial kepahlawanannya : Cinta di Atas Cinta.

Bermula dari cowok borju tapi alim, yang harus menunda Shalat berjamaah hanya karena masih menyisir rambut, ia memulai kisah perbaikan diri yang menakjubkan dari atas kursi khilafah. Dua tahun lima bulan saja. Dan ia berhasil menggelar keadilan, kemakmuran, kejayaan, dan nuansa kehidupan ala Khulafaur Rasyidin

Afwan, antum semua sudah mafhum akan kisah umar bin abdul aziz. Tetapi adalah pernah suatu ketika ia jatuh hati pada seorang gadis. Hanya, Fathimah binti ‘Abdul Malik, putri sang paman yang saat itu telah mendampingi hari-harinya sebagai isteri belum mengijinkan ‘Umar menikahi gadis itu. Cinta itu tetap ada, hidup, dan menyala, meski belum bertemu sumbunya.

Kemudian hari itu datang menghampiri. Di puncak pengorbanan yang harus diberikan Umar untuk memperbaiki diri, keluarga, wangsa, rakyat, dan negerinya : fisik anjlok, tanpa istirahat, tanpa gizi memadai, tanpa jeda untuk sekedar tertawa. Seperti jawaban Muzahim, budak sekaligus Menteri Perdananya saat Umar bertanya, “Bagaimana kondisi kaum muslimin pagi ini?”. Muzahim tersenyum. “Semua kaum muslimin dalam kondisi sangat baik wahai Amirul Mu’minin..,kecuali saya, anda, dan baghal (percampuran antara kuda dan keledai ) Tunggangan anda ini!”, begitu katanya.

Lalu di tumpukan laktat perjuangannya, Fathimah yang merindukan senyum di wajah Umar datang membawa gadis itu untuk dinikahi. Ya, Gadis itu. Gadis yang sangat dicintainya, begitupun sebaliknya. Nyala cinta itu berbinar, merajut kembali sumbu harapan, membirukan warna romantika di kelelahan hatinya. Tetapi, cinta semasa dan cita besar perubahan bertemu atau bertarung. Di sini, kata Ustadz Anis Matta, di pelataran hati sang Khilafah. Dan Ajaib, Umar justru menikahkan gadis itu dengan pemuda lain.

Tak ada cinta yang mati di sini, kata Ustadz Anis Matta lagi. Karena sebelum meninggalkan kediaman Umar, gadis itu bertanya sendu “Umar, dulu kau pernah sangat mencintaiku. Tapi ke manakah cinta itu sekarang?”

Umar bergetar haru, ada sesak di dadanya. “Cinta itu masih tetap ada..”, ia menjawab. “Bahkan kini rasanya jauh lebih dalam..”

………………………..

Saya seperti disentil..cinta macam apa yang saya genggam selama ini?15 Juli 2008..Titik awal dimana penyembuhan diri saya dari kegilaan perlahan berangsur terjadi.. cinta dengan definisi yang lebih dewasa.

Terima kasih untuk semua. Treima kasih untuk sang gadis yang bisa tegas kepada saya…

pelurusan isi blog

mulai saat ini saya meniatkan agar blog saya lebih berisi tulisan-tulisan dan pemikiran,,sastra dan keilmuan ti akan dipindahkan
-demikian terima kasih-
tunggu tulisan berikutnya