Senin, 29 September 2008

Kisah SD:pengalaman pertama kulit di Jahit

Asep Hidayat dan Fajar mengepung saya..Dalam sekali hentak, tentu saya sudah takluk dalam permainan bebentengan itu..Namun saya memilih tak menyerah. Di belakang ada celah, sebuah jalan dengan kawat berduri merintanginya. saya melompat menginjak kawat dan gubraag!!!..saya jatuh dengan beberapa gores di badan oleh duri kawat itu. Satu menancap di bagian betis..

Bel selesai istirahat berbunyi..Kami masuk kelas..asep dan Fajar menyalahkan saya kenapa tak menyerah saja,kan tak perlu luka begitu. Nope..bebentengan itu masalah harga diri,bung..hehe..

Ternyata luka di betis cukup tak biasa. Margian memarahi saya karena saya hendak menghapus darah di luka itu dengan kertas buku tulis(harusnya kapas)..Saya memang biasa luka dan biasa menangani luka dengan asal-asalan..Dia pun memaksa saya pergi ke UKS(Unit Kesehatan sekolah)..

Ada kulit menjuntai di luka saya. Ah.. itu biasa,sekali tarik juga sobek..Dua hari lagi mengering dan saya pun sembuh. Namun saya disadarkan margian, itu bukan kulit..Itu daging yang menjuntai..Heii..ini berbeda. Saya sudah di UKS dan dokcil kita(dokter kecil) menangani luka saya.

Dengan mereka saya tak merasa diobati,lupa apa yang mereka lakukan pada saya..malah si Giant,dokcil yang cukup nyeremin menakuti saya dengan bilang,"Uh..nanti malem sakitnya pasti minta ampun." dokter macam apa itu,pasiennya ditakut-takuti,belum pernah nonton film Patch Adam kali ya?

Orang tua menjemput saya, Mereka marah karena saya jelalatan (gak bisa diem,gak bisa tenang) jadinya luka gitu. Mungkin karena panik,Ayah saya berencana membawa saya ke tukang reparasi tulang. Padahal yang sakit itu bagian kulit..

Sampailah saya di klinik kecil di Keluarahan Sarijadi dekat rumah saya. Yang ada di sana adalah dokter perempuan yang baru praktek. Hal itu Terlihat dari bagaimana cara dia menjahit luka saya, penuh dengan tangan bergetar frekuensi tingkat menengah. Namun dia dokter yang cukup hebat. Hebat karena tak hanya memikirkan pasien, Ibu si Pasien juga dia pikirkan, menawarkan ibu saya untuk duduk di ruang tunggu barangkali tak tega melihat saya dijahit. Tentu saja mamah menolak karena Ibundaku adalah perempuan perkasa yang sudah biasa melihat anaknya bersimbah darah karena luka. Jahit menjahit adalah hal ringan untuknya. really saya sangat sering terluka..

Dua jahitan untuk luka di betis, penuh dengan raungan mulut saya dan getaran dokter pemula. Oh..karena takut kawat yang menusuk betis saya berkarat,saya harus disuntik tetanus. Namun dokter itu tak punya vaksinnya. Bagaimana ini berapa jam lagi virus akan aktif dan saya akan......
menjadi zombie?
menjadi mutan?
menjadi ganteng?
menjadi tambah ganteng?
tidak bung..
lebih tepatnya
saya tetap hidup dan normal,hehe..kalau masalah makin ganteng mungkin iya(amiiin..)
Saya dilarikan(kesannya genting ya)ke RS Advent di jalan Cihampelas..Di Ruang Penyuntikan, Dokter Arab tiba-tiba datang ke dalam ruangan mengambil suntikan dan menusuk di bagian yang seharusya ditusuk untuk vaksin tetanus..Selesai,taruh jarum suntik..Pergi..benar-benar high speed doctor,,tak lebih dari satu menit semua selesai dan saya lolos dari virus yang mematikan itu..

Bagaimana dengan luka saya? entah mengapa saya lupa alasannya,jahitan yang dibuat penuh dengan getaran tangan dokter dan raungan mulut saya dicopot begiu saja dan diganti dengan plester..Kadang kita harus mengerti ada beberapa hal yang harus pergi tanpa arti meski dia datang penuh penuh penuh arti..Itulah pengalaman pertama saya dijahit..

Tidak ada komentar: