Minggu, 21 September 2008

Kisah SD:Dimusuhin Sekelas

dulu saya adalah orang yang cukup nakal(sekarang juga mungkin masih)..Saya sangat usil pada temen sebangku,kadangkala sampai menyakiti,suatu hari saya menyakiti zilal(teman sebangku saya)..Mungkin setelah akumulasi beberapa keusilan,akhirnya dia sampai pada batas kesabaran. Dia menangis..Pergi tak mau duduk bareng saya..saya pun sendiri..Itu cukup menyedihkan. Namun yang lebih fatal adalah ternyata kawan sekelas ikut memusuhi saya juga dan membela Zilal. Jadilah saya amat kesepian selama beberapa hari. Benar-benar terasing..Kalau itirahat,saya hanya bisa duduk sendiri saja di lapangan belakang sekolah melihat kakak kelas bermain. Ini amat menyedihkan.

Namun ada yang lebih menyedihkan lagi. Seperti biasa,anggota kelas kami selalu bermain sepakbola saat pulang sekolah. Permainan bola yang dilarang guru,sehingga harus mencari lapangan yang cukup jauh dari sekolah. Lapangan yang amat sering kami pakai adalah lapangan dekat Masjid Al-Furqon UPI. Lapangan rumput. Bila ada guru yang pulang mengajar dan melewati lapangan, kami serentak akan lari bersembunyi ke segala tempat. Atau tidak, akan menyembunyikan bola di suatu tempat takut disita dan pura-pura lagi duduk-duduk, Mengucapkan salam,senyum-senyum gak jelas. Dasar anak SD, belum paham,mana mungkin orang dewasa tak curiga dengan tindakan itu. Tapi guru kami baik dan membiarkan saja.

Biasanya Fauzi atau Joni si anak Sumatra suka membawa bola dari rumahnya untuk main. Kami saat mengajak teman main bola selalu menggunakan kata sandi. "Amokachi" atau "ipeba" atau "Shuuto". Kata sandi yang aneh. Kata sandi itu didapat dari game winning eleven, game sepakbola di Console Playstation. Saat seorang pemain sudah hampir mencetak gol, Si komentator pertandingan dalam game itu selalu berkata..IPeba,,amokachi,,shuuutoooooo....gooooooolllll..
begitulah asal mula kata sandinya.

Di hari-hariku bermusuhan dengan Zilal, tak ada yang mengucapkan kata sandi padaku. Tak ada satupun. Tapi aku selalu tahu mereka selalu main di lapangan yang biasa. Maka sepulang sekolah aku datang saja tanpa diundang ke lapangan tersebut. Ya mereka ada dengan senangnya bermain bola,tanpaku. Saya duduk di atas bukit menatap mereka, sendirian. Dan pada akhirnya Saya juga tak kuat menahan sepi. Menangislah saya, tak keras,hanya isak-isak kecil. Namun beberapa dari mereka melihat. Dan berteriak,,"eh itu si rio ceurik".."si karjo..si karjo".. Waktu SD saya dipanggil karjo,lupa mengapa,mungkin karena saya punya sedikit logat jawa.
Mereka teman-teman yang baik.Saya pun diajak turun dan diberi senyum,saya boleh ikut bermain bola. dihibur hingga akhirnya saya bisa nyengir kembali dan mencoba meminta maaf pada Zilal yang menjadi pemain bertahan, sama dengan posisi saya..Saya mengulurkan tangan. Tangan yang beberapa hari ini ia tolak maafnya. Dan akhirnya dia memaafkan saya..namun saya mampu melihat dari wajahnya, dia belum seratus persen memaafkan saya..Dia paksa..dan jabatan tangan saya pun ia balas. Namun saya amat yakin, pada saat itu sampai permainan bola berakhir dia belum memaafkan saya seratus persen. Belum,mungkin sekarang sudah...

sejak saat itu Saya bertekad sebisa mungkin tak akan melukai orang lain. Tapi ternyata saya tak bisa, saat SMA dan tingkat pertama kuliah saya gagal dengan tekad saya...saya menyakiti seseorang dengan sadis..mungkin karena saya juga merasakan sakit....



"mi fa sol do si la sol sol,,"

Tidak ada komentar: