Senin, 29 September 2008

I'tikaf pertama di 1429 H

Tiba-tiba saya pun bertemu vijay, teman semasa SMP yan kini juga berkuliah di ITB."Mau i'tikaf,Kran? tanya saya..Dia pun mengiyakan. Jadilah kami i'tikaf bersama. Lebih tepatnya saling menjaga tas bersama. I'tikaf itu butuh partner. Jangan sendirian, karena serigala selalu mengincar domba yang menyendiri.

Setelah berbagi sedikit makanan dan minuman, dia tidur saya tidur..(saya gunakan kata ""dia tidur dan saya tidur..bukan kami tidur,karena "kami tidur" itu mengesankan kami tidur bersama. Dan itu sangat mengerikan). Tas yang saya bawa berjumlah dua, diikat pada tas dia lalu diikat pada kaki saya..Berlebihan banget ya..serasa membawa uang satu koper.

Mesjid Salman terasa cukup sesak. Kaki saya hampir menyentuh ubun-ubun orang lain. Suasana salman yang cerah, membuat beberapa orang malas tidur dan memilih tilawah Al-Qur'an. Kalau melihat sekeliling kadang saya menemukan orang yang saya kenal. Namun suasana malam dan i'tikaf membuat orang malas ngobrol dan lebih menikmati waktu berdua dengan Tuhannya.

Sholat Qiyamul lail dimulai jam 2 tepat. Saat saya terbangun vijay sudah tak ada(tidak,saya tidak berteriak sambil terisak, "vijay..vijaaaay..dimana dirimu..???!!!",,amit..amit), dia pergi berwudhu. Rasanya ingin rebahan lagi dan puaskan tidur, namun percuma. Kang Fikri, mantan calon Presiden ITB sedang berkeliling membangnkan orang tidur. kalau saya tidur, nanti juga dibangunkan lagi ama dia. Vijay datang dan dia berkata ingin nyoba sholat Qiyamul Lail berjamaah. Tadinya saya ingin menitipkan tas ke dia dulu agar saya bisa pergi berwudhu. Namun tampaknya dia sedang amat bersemangat,saya jadi malas mintanya..

Saya pun tilawah--tanpa wudhu--dan Qiyamul lail dilaksanankan. Imamnya Ustad Hervi(bukan Hervi Tiana Rosa). Sejak awal memang saya merencanakan tak ikut Qiyamul lail yang malam hari. Karena biasanya lama berdirinya. pengalaman waktu i'tikaf kelas dua SMA, perut saya sampai mual-mual,,berdiri lamaaaa banget..Surat yang dibacanya panjang minta ampun. Kaki kesemutan.

Sepertinya saya salah. Delapan rokaat berlangsung tak beitu lama. Saya sampai tak sempat menyelesaikan 10 halaman tilawah. berarti memang tak lama sholatnya. Ah gak lama gini, saya jadi ingin ikut witirnya. Akhirnya tas tiga buah yang saya pegang dipartisi(ini istilah Vijay,nama lainnya "dibagi")..Vijay pegang tasnya..Saya pegang 2 tas saya.

Witir dimulai,sebelah kanan Kang Surya, ex-mentor gamais saya. Sebelah kiri adalah mantan ketua Pemilu KM ITB. Saya tak tahu namanya. Rokaat satu berjalan cepat,begitu pula dua, namun dirokaat Ketiga,saat i'tidal(berdiri setelah ruku), Ustad Hervi memulai doa Qunutnya.

Doa melantun, banyak yang didoakan. Ada kata-kata palestine,iroq,syam,makkah. Ustdad Hervi memimpin kami untuk mendoakan saudara-saudara yang ada di sana. Terbukti kepemimpinannya mampu mebawa suasana dingin kali itu makin mencekam oleh haru dan kekhusyuan. Beliau menghayati doa hingga terisak-isak oleh tangis. Ibarat dirigen,,tak sedikit ma'mum yang menangis. Si Ketua pemilu pun menangis. Tangisan makin keras saat doa tentang kematian dibacakan. Dan cukup spesial kerasnya tangisan beliau saat terbacakan sebuah kalimat yang terkandung di dalamnya kata ,An-nisa,MUslim,Hijab. Saya mengartikannya,bahwa semoga Para Muslimah segera berhijab..Segera menutup auratnya dengan Jilbab. Hmmm..Doa yang tepat dengan kondisi sekarang..Agar lelaki tak tertarik lawan jenis mutlak karena elok tubuh semata

Dan saat takbir pun dikumandangkan kami serentak ruku. Kaki saya baru terasa kesemutan. Ternyata tadi kami berdiri cukup lama. Ketua pemilu masih sibuk menahan isak. Kang Surya sepertinya tak menangis..Saya tak tahu.

selesai sholat kami sahur,saya menanti pagi dan melanjutkan kesibukan..

Tidak ada komentar: