Kamis, 03 Februari 2011

Knowledge Management dalam Penanggulangan Bencana

Pada dasarnya bencana adalah suatu keadaan yang tidak memberikan added value kepada penerima bencana tersebut. Bencana datang kemudian merusak sana-sini kemudian pergi lagi meninggalkan rakyat serta kesedihannya. Biasanya suatu aktivitas yang tidak menimbulkan nilai tambah seperti bencana ini, harus dihilangkan. Meskipun harus dihilangkan, bencana tidak akan benar-benar bisa hilang dari Indonesia yang memang berada di daerah penuh bencana. Hal ini menimbulkan suatu tuntutan bahwa bencana harus ditanggulangi sehingga daya rusaknya dapat hilang sama sekali. Penanggulangan bencana ini harus diawali dengan dengan kegiatan belajar dari pengalaman yang telah ada agar tidak menimbulkan kerusakan yang berulang-ulang.

Manusia yang pintar tidak akan jatuh pada lubang yang sama. Bahkan pada hadits pun ditegaskan bahwa tuntutan bagi seorang muslim adalah tidak gagal dua kali dalam kesalahan yang sama. Bencana yang ada di Indonesia tidak terjadi sekali-kali, melainkan dua kali, bahkan lebih. Ketika kahirnya Indonesia harus gagal pada Tsunami aceh dan menenggelamkan ribuan manusia, maka seharusnya kegagalan tersebut tidak terulang. Segala pengetahuan yang diserap akibat pengalaman yang terjadi perlu dikelola sehingga berdaya guna untuk keputusan berikutnya. Pengelolaan tersebut dinamakan Knowledge Management.

Knowledge Management system atau KMS adalah suatu sistem yang bertugas untuk mengelola pengetahuan yang didapatkan sehingga memberi nilai tambah pada perusahaan. Secara mudahnya KMS berusaha agar segala pengetahuan yang ada terdokumentasikan. Pengetahuan tersebut kemudian diusahakan agar dapat disebar kepada orang lain. Hal tersebut mencegah suatu organisasi hancur hanya karena seorang anggotanya pergi membawa knowledge yang ada. Sebelum dia pergi, knowledge harus tersimpan di data repository sehingga mudah diakses oleh orang lain.

Seringkali seseorang gagal mengerjakan suatu proyek, maka ia belajar dari kegagalan tersebut. Lalu kemudaian generasi penerusnya pun harus gagal untuk mendapatkan ilmu yang sama. Ini dinamakan reinventing the wheel atau menemukan kembali roda. Tanpa knowledge management, seseorang harus membayar mahal untuk bisa belajar, ia harus gagal dan merasakan sakit dahulu. Dia diharuskan menemukan kembali roda yang sebenarnya telah ditemukan oleh pendahulunya. Dengan adanya KMS, orang tersebut, untuk bisa menjadi pintar hanya perlu belajar dari pengalaman orang sebelumnya.

Penerapan KMS dalam penanggulangan bencana akan membuat suatu kesalahan tidak perlu terulang dua kali. Ketika telah terjadi bencana dahsyat di Aceh, seharusnya mentawai tidak akan terjadi. Letusan gunung berapi telah terjadi ratusan kali sejak bumi baru lahir, seharusnya kegagalan dapat diminimalisir. Tentu bila mengandalkan knowledge dan pengalaman dari Indonesia saja, tidak akan cukup. Diperlukan sharing pengetahuan dengan negara lain tentang bagaimana cara menanggulangi bencana.

KMS menuntut segala rinci kejadian dicatat. Catatan tersebut dianalisis secara mendalam sehingga menghasilkan suatu prosedur standar penganggulangan bencana yang serupa. Misalkan bencana gempa bumi, daya rusak terbesar dari gempa bumi adalah rubuhnya bangunan menimpa manusia. Berdasrakan hal tersebut, perlu dilahirkan suatu hukum yang mengatur standar pendirian rumah. Contoh lainnya adalah banjir bandung selatan. Bila setelah dianalisis, faktor penyebab banjir tersebut adalah masalah drainase. Berdasarkan pengalaman dari kejadian tersebut, knowledge harus diserap dan disebarkan ke seluruh pelosok tanah air bahwa drainase perlu dikelola mengikuti standar anti banjir. Dan tentu kerusakan yang ada di Bandung segera diperbaiki sehingga banjir di Bandung selatan tidak perlu terjadi terus menerus.

KMS ini menjadi salah satu cara agar bangsa ini secara kolektif dapat menjadi semakin pintar. Dan tentu salah satu tanda kepintaran adalah kemampuan untuk belajar dari pengalaman, tidak bebal sehingga harus tiga kali kena bencana baru belajar. Pembelajaran tersebut akan digunkan sehingga pengambilan keputusan berikutnya lebih bijaksana.

Tidak ada komentar: