Terdapat suatu strategi manajemen untuk memperbaiki kondisi perusahaan. Strategi tersebut adalah memecahnya. Misalkan PLN terdiri dari PLN cabang Jawab Barat dan Banten dan cabang daerah lainnya. PLN terdapat dalam satu komando. Bila perusahan PLN memiliki raport yang buruk, keburukan tersebut akan menjadi citra untuk keseluruhan cabang, sehingga investor enggan untuk menyuntik dana segar. Maka ada strategi untuk memecah PLN menjadi banyak PLN. Sehingga yang ada bukanlah PT. PLN, melainkan PT PLN Bandung, PT PLN Jawa Barat dan seterusnya. Setiap PLN mempunyai tanggung jawabnya masing-masing dalam mengembangkan perusahaannya. Pemisahan manajemen tersebut mencegah “virus kerusakan” menyebar antara wilayah. Sehingga bila ternyata keruangan yang korup terdapat pada daerah x, maka budaya tersebut diharapkan tidak menyebar ke Y dikarenakan X dan Y berbeda manajemen.
Namun strategi itu bisa kita balik. Bila strategi tersebut mencegah penyebaran kerusakan dengan cara memecahnya, kita bisa menyatukan perusahaan atau salah satu divisi perusahaan dengan menggabungkannya.
Struktur pengelolaan rohis sejauh ini mengikuti struktur berikut. Saya ambil contoh rohis yang dikelola KARISMA. KARISMA mengelola SMK 9, SMA Al-Ghifari, SMA Taruna Bakti, SMA Pasundan 9, dan SMA Pasundan 5. Umumnya fungsi minimum dari rohis adalah Divisi Syiar dan Divisi Tarbiyah. Divisi Syiar melakukan dakwah ke selain anggota rohis,Divisi Tarbiyah melakukan penguatan internal ke dalam tubuh Rohis, penguatan keislaman anggotanya.
Divisi yang menjadi nyawa dari dari rohis adalah divisi Tarbiuyah,saat divisi ini mati, maka anggotanya juga lemah, dan syiar bahkan tidak mungkin bergerak. Maka divisi ini menjadi prioritas pertama yang harus dikembangkan. Namun tantangannya semua rohis tersbeut berada pada masa pertumbuhan awal, dan masih banyak kekuarangan di sana sini. Beresiko terlalu tinggi bila divisi yang penting seperti tarbiyah tersebut dikelola oleh manajemen yang masih tumbuh. Maka agar divisi tersebut menjadi kuat, pengelolaannya tidak disebar melainkan disatukan, sedangkan pengelolaan syiar tetap disatukan. Sehingga strukturnya akan berubah menjadi sebagai berikut.
Sehingga masing-masing rohis tidak perlu memikirkan tarbiyah dan pembekalan anggota, rohis hanya perlu memikirkan pengelolaan syiar. Semua pembinaan anggota rohis dipusatkan di KARISMA. Tiap rohis tidak perlu pusing memikirkan LKO, Training, Kajian, Mentoring, semua itu dikelola secara terpusat di KARISMA, para anggota rohis tinggal hadir dan, menikmati pembinaan. Inilah yang dimaksud dengan konsep KARISMA sebagai mahad/pesantren/pusat pembinaan bagi rohis sekota Bandung (Peran tersebut dapat dikelola organisasi lain, esensi yang ingin didapat adalah pemusatan agar mendapat mutu yang lebih baik)
Bila rohis sudah tumbuh, maka perlahan fungsi Tarbiyah dapat dikembalikan pada rohis.
Sehingga struktur Divis Jaringan/ Binsus harapannya memiliki tim baru yaitu tim: MSDR :manajemen sumber daya rohis:
Saat tim jaringan rohis mengomando rohis se bandung agar syiar islam makin kencang. Dan tim perintis rohis berusaha merintis rohis baru sebanyak mungkin. Tim MSDR membina pribadi anggota rohis yang telah terintis agar menjadi da’i yang tangguh.
NB:Cara seperti ini pun menyelesaikan permasalahan administrative dengan sekolah. Rohis atau calon rohis dibina dahulu di organisasi tanpa menunggu administrasi dengan sekolah selesai. Ketika sekolah sudah siap menerima rohis, sang anggota rohis sudah terbina dengan baik dan tinggal menumbuhkan rohis dengan cepat. Pun bila koordinasi dengan pihak sekolah terkendala atau tertunda, pembinaan anggota rohis bisa tetap berjalan. Karena pembinaan tidak dilakukan di sekolah melainkan di basecamp pongelola rohis kota.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar