dari grup whats app
*inspirasi dari gubernur jawa barat*
"Dulu di Jakarta
saya punya yayasan yang mengelola anak yatim. Di DKI Jakarta
kita berjuang SD-SMP bebas SPP tahun 2006. Saya masuk ke
parlemen tahun 1999, tahun 2000 saya membuat yayasan untuk
anak yatim dan dhuafa. Saya punya sekitar 100-160 anak yatim
dan dhuafa, kini sebagiannya sedang S1 dan S2 dan "wajah
yatim"nya sudah tidak terlihat lagi.
Saya melarang betul jika dia berkata: “saya anak yatim”. Apa
sebabnya? Sebab kalimat itu adalah kalimat yang akan
merendahkan dirinya. Saya tidak pernah mengatakan mereka “hei
anak yatim” agar jiwa mereka tidak lagi merasa yatim dan dhuafa. Itu yang paling penting. Sebab kedhuafaan jiwa akan
menghadirkan kedhuafaan segalanya. Kelemahan jiwa akan
menghasilkan kelemahan segalanya. Ada seorang profesor dari Mesir meneliti tentang kemiskinan di dunia ketiga, khususnya dunia ketiga yang mayoritas beragama Islam.
Dia meneliti Bangladesh, Pakistan termasuk Indonesia. Dia
menemukan fakta bahwa orang-orang miskin itu memiliki karakter
miskin sebelum berstatus miskin. Artinya jika status miskinnya
diselesaikan namun karakter miskinnya tidak diselesaikan, maka dia akan tetap miskin. Diberi modal kerja sebanyak apapun
sepanjang karakternya tetap miskin, dia akan tetap berstatus
miskin. Jadi status miskin itu ternyata hadir dari karakter yang
miskin.
Saya kembali ke yayasan tadi. Saya berusaha membantu
membayari SPP mereka setiap bulan, ternyata membayari SPP 160 orang lumayan berat juga untuk seorang Ahmad Heryawan
sebagai anggota DPRD. Pokoknya tiap akhir bulan mengedarkan
proposal kesana-kemari supaya awal bulan kita bisa mendanai
SPP mereka. Itu dilakukan sampai tahun 2006 karena tahun itu sudah selesai. Tahun 2006 di DKI Jakarta untuk SD-SMP sudah digratiskan, tinggal SMA yang belum.
Hadirin sekalian, saya ingin mengatakan bahwa ketika kita
berjuang lewat kelembagaan yang bernama yayasan, seperti
itulah kekuatannya (belum begitu besar). Ketika menjadi gubernur, ditandatanganilah sebuah keputusan untuk mendanai SD-SMP lewat BOS, yakni gabungan BOS pusat dgn BOS propinsi. Alhamdulillah yg gratis bukan cuma 160 org lagi tapi tapi 7,6juta org. ini keputusan politik kan ? bayangkan jika seseorang benci politik dan urusan politik. Tidak ada keputusan politik kan ?
jadi apapun keadaannya ketika politik itu berwajah jelek krn pelakunya berwajah jelek. Coba jika pelakunya berwajah idealisme dan visioner lain lagi ceritanya krn itulah saya berharap para mahasiswa semua hadir mengisi ruang2 demokrasi, ruang civil society, trmsk ruang2 dunia usaha dan media.
(Ahmad Heryawan, Gubernur Jawa Barat dlm Gala Dinner bersama mhs Indonesia di Turki 27 Oktober 2013 di Hamdi Restaurant Istanbul)