Senin, 30 Maret 2009

Cacat Nasionalisme

Dosen PPKN saya amat nasionalis. Hampir saja saya mengira beliau itu mantan pejuang yang berlumuran darah kompeni hasil pembantaiannya. Saya sangat suka dengan dosen seperti beliau. Sungguh idealis. Sungguh cocok dengan dunia kampus di mana idealisme bebas menari(realitas nanti dulu). Dengan amat lugas beliau mencaci koruptor busuk yang menyeruput uang rakyat dengan khidmat. Atau cerca untuk orang-orang yang orientasinya hanya pemuasan seks(bahkan seks di gedung DPR).

Sungguh iseng diri saya sehingga bertanya,”Pak,dasar dari nasionalisme itu apa?Apa kita harus membela mereka hanya karena kebetulan dia tetangga saya? Apa harus saya mendahulukan dia karena ternyata RGB kulit kami tak terlalu berbeda? Kenapa kita tak berjuang demi umat manusia, bukan demi orang yang satu ras dengan kita?”

Bapak dosen menjawab dengan sesuatu yang saya tak mengerti. Bahkan beliau malah mebicarakan riba. Topik yang pada pertemuan sebelumnya pernah saya debat gara-gara beliau bilang riba yang 2,5% itu boleh, 20% gak boleh(kalau gak salah riba itu berapa pun gak boleh). Dan yang saya ingat terakhir adalah beliau mencukupkan penjawaban tentang pertanyaan saya tanpa peduli saya puas atau tidak.

Kuliah berlanjut dan saya maklum bila jawabannya tidak memuaskan karena itu memang pertanyaan yang pelik.

Secara mengagetkan beliau tiba-tiba lanjut menjawab pertanyaan saya dengan statement,”Omong kosong itu demi umat manusia, bangsa mana pun akan berjuang untuk bangsanya.”

Hampir saya mau menyanggah; berarti karena orang lain nasionalisme kita “terpaksa” nasionalisme. Tapi sudahlah,sudah cukup. Saya semakin yakin bahwa nasionalisme itu ideology yang cacat. Root-nya tidak jelas dari mana.

Iya,karena dengan adanya nasionalisme, orang yang bertindak jahat bisa dibenarkan asal dia tidak mengganggu nation-nya. Syak, Israel merongrong palestina, bisa dilegalkan. Hatta, Amerika membombardir irak, bisa dianggap pahlawan. Karena apa?Karena nation-nya tidak rugi, persetan dengan nasib bangsa lain.

Namun bagaimana juga, nasionalisme masih lebih baik dibanding kapitalis milik mereka. Nasonalis masih mengajarkan peduli dengan rekan sebangsa. Sedangkan kapitalis hanya peduli dengan gudang uangnya yang makin penuh.

Sungguh menanti ideology yang rootnya lebih kokoh.